Senin lalu, saya berkesempatan mengunjungi kantor pajak di daerah Bintaro untuk melakukan pengurusan pajak perusahaan. Hari itu sepertinya takdir sedang kurang baik kepada saya. Saya berangkat pukul 7.30 pagi dari rumah—ya, saya terpaksa meninggalkan rapat mingguan hari itu dan ternyata macet sudah menemani saya, bahkan dari kompleks perumahan saya. Dari awal melihat kemacetan, saya sudah berpikir bahwa hari itu akan menjadi hari yang cukup panjang dan melelahkan.

Sepanjang perjalanan, saya hanya mampu menunggu sambil membaca cerita fiksi kesukaan saya. Beberapa jam telah berlalu, rasa bosan mulai menghampiri. Macet yang tak kunjung usai membuat perjalanan terasa sangat panjang.

Hal yang saya pikirkan tadi pagi ternyata terealisasikan. Dengan keadaan saya yang saat itu tengah berpuasa, saya merasa dua kali lipat lebih lelah dibandingkan biasanya. Penghitungan pajak, pelaporannya, dan seluruh jenis yang perlu saya ketahui dalam satu hari membuat kepala saya penat. Rasanya, lebih nikmat kerja di atas kasur yang empuk ditemani kipas angin kesayangan daripada keluar rumah di saat seperti ini. Itu keluhan yang pada awalnya terlintas di pikiran saya.

Namun, sepanjang perjalanan pulang, dalam diam saya mulai memperhatikan situasi saat itu: bagaimana seorang pengemudi ojek berbasis aplikasi yang tetap semangat mengantarkan saya ke tujuan; tukang sapu jalan yang masih bersemangat menjalankan tugas meskipun terik matahari membakar kulitnya; sopir-sopir bus yang berlomba mencari penumpang di tengah hari yang panas; hingga pedagang pasar yang masih semangat berjualan. Saya jadi berpikir ulang. Mereka semua bekerja mengadu nasib agar hari itu bisa membawa pundi rupiah yang dapat diberikan kepada keluarga. Ada juga yang mengadu nasib untuk bertahan hidup hari itu. Mereka sekuat tenaga bekerja agar tidak pulang dengan tangan kosong. Lantas, mengapa saya yang memiliki pekerjaan dengan gaji tetap masih mengeluh?

Di perjalanan pulang itu, akhirnya saya mendapatkan pelajaran. Nyatanya, semua pekerjaan punya lelahnya masing-masing, punya kesulitannya masing-masing. Hasil yang ditorehkan pun beragam. Bekerja lebih berat belum tentu mendapat hasil yang lebih besar. Akan tetapi, rasa syukur dan cukup membuat semua pekerjaan terasa ringan untuk dijalani. Seberat apa pun pekerjaanmu dan sesulit apa pun ujiannya, tetapi ketika kamu menjalaninya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur, pasti semua akan bisa terlewati. Jadi, jangan lupa bersyukur, ya!

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.