Gundah
Kubuka mataku dan kulihat jam di handphone telah menunjukkan pukul 5 pagi. Aku pun segera bangun dari tidurku yang sangatlah tidak nyenyak. Bagiku, bangun pada pukul 5 pagi sudah kuanggap kesiangan. Aku pun kemudian berlari-lari kecil menuju kamar mandi. “Wah, sudah pukul setengah 6 rupanya,” ujarku sambil melihat jam di kamarku. Setelah berganti baju, aku merasa suasana rumahku tidak seperti biasanya. Entah mengapa, tidak ada suasana keributan pagi hari yang biasanya menyelimuti rumahku. “Ini pada ke mana, sih?” gumamku sambil keheranan. Ruang makan yang biasanya ramai, lorong rumah yang biasanya digunakan oleh anak-anak lain untuk bermain dan berlari-lari pun tampak lengang. Tapi, anehnya, di atas meja makan sudah ada piring, gelas, sendok, dan garpu yang tertata rapi, bahkan makanan untuk sarapan pun sudah matang dan siap dihidangkan. “Sebaiknya aku makan dululah.”
Setelah sarapan, aku beranjak ke ruang lain. Kuputuskan untuk melihat kamar Abah. Kuketuk perlahan kamar Abah, mengingat aku pernah dimarahi Akang gara-gara tidak mengetuk kamar Abah saat menemui Abah. “Pagi, Abah. Abah di dalem, ndak?” tanyaku. Tak ada sepatah kata pun terdengar dari kamar Abah. Rasa panik tiba-tiba menyelimuti pikiranku. Aku bingung akan apa yang harus kulakukan. Setelah merenung sebentar, aku pun memutuskan untuk mencoba membuka pintu kamar Abah. Hatiku makin risau ketika menyadari pintu kamar Abah tidak terkunci. Padahal, Abah adalah orang yang tidak suka diganggu privasinya. Perlahan, aku membuka pintu itu. Mulutku menganga ketika melihat suasana kamar Abah. Kamar Abah tertata rapi, bahkan tidak ada kerut apa pun di seprai kasur Abah. Aku pun termenung sambil duduk di kasurnya. Aku berusaha keras mengingat yang terjadi semalam. Iya, semalam adalah terakhir kalinya aku melihat Abah, Amma, Akang, dan anak-anak lain.
Renunganku terhenti ketika alarm di HP-ku berbunyi. “Ah, sudah pukul 7 rupanya! Bisa terlambat kerja aku,” seruku. Aku bergegas memasukkan laptop dan bekalku ke dalam tas yang biasa aku pakai. Seperti biasa, setiap pagi, jalan utama di kotaku ini sudah penuh kendaraan. Perjalanan ke kantor yang biasanya memakan waktu 1 jam pun menjadi lebih lama. Oh, andai saja aku tidak menghabiskan pagiku memikirkan suasana rumah. Selama perjalanan, pikiranku penuh dengan kekhawatiran kalau aku bakal “diceramahi” oleh Pede, bosku. Pikiran dan hatiku segera kusiapkan untuk menghadapi omelan Pede.
Setelah berjuang melalui kemacetan pagi di jalan utama, aku akhirnya sampai di kantorku, sebuah gedung pencakar langit di pusat kota ini. Setelah memarkirkan kendaraan, aku tiba-tiba merasakan sebuah suasana aneh yang tampak akrab denganku. Oh, aku ingat. Suasana ini sangat mirip dengan yang kurasakan di rumah tadi pagi. Pikiranku pun mulai menjalar ke mana-mana. Tak seperti biasanya, kantorku terasa sepi sekali bagaikan kuburan. Tak ada seorang pun yang menyambutku di pintu masuk. Padahal, biasanya ada satpam ramah yang siap menyambut siapa pun. Aneh sekali. “Ah, mungkin mereka sedang rapat pagi,” gumamku. Aku pun segera menaiki lift menuju ke lantai tempat ruanganku berada. Ketika aku sampai di lantai ruanganku, rasa gundah mulai menghampiri pikiranku. “Lo, kok, gelap semua? Mati listrik, ya?” tanyaku. Aku pun langsung berjalan ke mejaku tanpa memedulikan gelapnya ruang kantorku. Ketika aku hampir sampai di mejaku, lampu ruang kantor tiba-tiba menyala terang.
“KEJUTAN!”
Aku pun kaget. Tanpa basa-basi, aku segera menoleh ke asal suara teriakan itu. Ketika melihat siapa yang berteriak, aku pun terdiam. Terjawab sudah kegundahanku pagi ini. Ternyata Abah, Amma, Akang, dan anak-anak lain, serta teman-teman kantorku memberikan kejutan ulang tahun.
“Selamat ulang tahun, Anya!” teriak mereka mengejutkanku. “Hari ini aku ulang tahun, po?” tanyaku. Mereka tertawa terbahak-bahak ketika mendengarkan pertanyaanku. Aku pun segera melihat kalender di HP-ku. Aku pun tersenyum sambil tertawa kecil. Karena saking tergesa-gesa tadi pagi, aku bahkan lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Hahaha. Air mata bahagia pun mengalir seakan menghapus kekhawatiranku pagi ini ketika aku mulai memotong kue ulang tahun. Rasa kekhawatiran dan gundah pun berubah menjadi rasa bahagia.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.