Katanya, bagian tersulit dari sebuah pengalaman adalah bertahan? Memang benar? Jika bertahan itu sulit, apakah berarti kita tidak layak untuk berbahagia?

Memulai sesuatu yang kita sukai dan menyenangkan cenderung akan membuat kita bersemangat. Namun, di satu sisi kita juga perlu mengingat bahwa senang itu hanya sementara. Ya, sementara. Berarti setelah merasakan senang, mungkin kita akan merasakan rasa-rasa lain yang akan hadir lewat berbagai pengalaman. Namun, masa iya, setelah sekian tahun hidup, kita masih belum terbiasa untuk menikmati rasa-rasa tersebut? Apa karena kita selalu diajarkan untuk menikmati hidup lewat yang senang-senang saja, ya? Hm..

Padahal, sejatinya kebahagiaan itu hadir di saat kita memahami kenapa kita hidup di dunia ini (walau tidak akan pernah benar-benar memahami). Akan tetapi, memang itu esensinya. Kehidupan yang berbahagia itu lahir dari kombinasi rasa-rasa yang sudah kita alami. Sesaat kita memahami cara kerja yang satu ini, kita akan bisa menemukan celah untuk menikmatinya. Itulah sebabnya, kita akan menjadi lebih hidup dan berbahagia di saat kita berhasil membumbui rasa-rasa tersebut ke dalam suatu adonan kehidupan yang sudah disediakan.

Jadi, jangan hindari kesedihan, karena kesedihan itu bisa jadi salah satu komponen yang akan membuat kita bahagia. Ambil waktu jeda, lalu pelan-pelan lihat. Enggak semuanya harus dipahami sepenuhnya dan enggak semuanya memiliki jawaban. Cukup menyadari kita adalah manusia yang memiliki perasaan, maka kita akan menjadi hidup. Menjadi hidup dengan merasakan berbagai macam perasaan. Sedih, senang, kecewa, marah, bingung, dan lainnya. Kehidupan memang penuh dengan misteri, tetapi justru misteri itu yang membuatnya menjadi lebih seru, bukan?

Jadi, kapan kita berbahagia?

Tangerang, 8 Januari 2021
@berabjad_

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.