Waktu tersisa empat jam ketika saya mulai menulis kalimat pertama tulisan ini. Seperti biasa, saya memutar otak dengan keras untuk mencari-cari topik tulisan yang tidak kunjung saya temukan. Kemudian, saya putuskan untuk melihat-lihat folder yang berisi tulisan-tulisan saya. Selang beberapa saat menelusuri fail-fail tulisan, saya mendapat pencerahan ketika melihat sebuah tulisan yang berjudul “Titik Didih”. Saya merasa bahwa saya perlu menyelesaikan kisah perjalanan saya dengan “sosok” tersebut. Namun, haruskah saya lanjutkan, baik cerita ataupun hubungan kami?

Selama kami berdua saling berjauhan, saya pun mulai banyak berpikir mengenai masa depan kami. Perlahan-lahan, rasa penyesalan mulai muncul pada pikiran saya. Akan tetapi, tampaknya, sosok itu sudah beranjak. Periode saling berjauhan antara saya dengannya berjalan selama dua tahun. Ketika mengobrol, kami pun sekadar menanyakan tugas kuliah. Sedih, sih, tetapi mau bagaimana lagi, ‘kan? Kadang-kadang, rasa kangen pun muncul dengan sendirinya.

Tahun 2020 pun tiba. Kala itu, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Perkuliahan pun terpaksa dilakukan daring. Pada September 2020, salah satu teman saya mengajak bermain Among Us, sebuah permainan daring yang sedang digemari banyak orang saat itu. Hal yang membuat saya terkaget-kaget adalah sosok tersebut juga ikut bermain. Sambil bermain Among Us, kami juga menelepon via WhatsApp. Saat itu, tidak terasa sudah lima jam kami bermain. Kami akhirnya memutuskan untuk menyudahi kegiatan malam itu. Setelah itu, saya tiba-tiba merindukan sosok tersebut. Saya merindukan segala momen yang pernah saya lakukan bersamanya. Oleh karena itu, saya memberanikan diri untuk mengobrol bersamanya. Pada titik ini, saya mulai merenungi kalimat penutup tulisan saya yang berjudul “Titik Didih”. Jika pertanyaan tersebut dijawab oleh diri saya yang sedang hidup pada bulan Maret 2021, jawabannya adalah tidak.

Alasan mengapa saya memberi jawaban itu adalah keberhasilan kami dalam mengungkap dan menjawab perasaan masing-masing. Cerita dimulai pada Desember 2020. Tidak terasa, bulan Desember pun tiba. Keinginan untuk bertemu pun belum tercapai karena terdapat sebuah halangan yang bernama pandemi. Namun, keinginan tersebut pun akhirnya tercapai. Hari itu, 29 Desember 2020, kami berjumpa setelah sekian lama. Kami memutuskan untuk menghabiskan hari di sebuah kafe yang terletak di Yogyakarta. Hari itu pula, tidak hanya melepas rindu, kami juga saling menjawab perasaan masing-masing. Lega. Satu kata yang muncul pada pikiran saya kala itu.

Maret 2021. Perjalanan cinta kami masih berlanjut. Sudah dua bulan kami melakukan perjalanan ini. Perjalanan cinta kami pun tidak lepas dari banyaknya tantangan. Banyaknya tantangan pun tidak mengurangi rasa cinta kami, bahkan tantangan-tantangan tersebut mendorong kami untuk saling berjuang pada perjalanan ini. Terima kasih. Dari AR untuk sesosok yang ada di Bekasi.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.