Kenapa Bandung?
Sejak dulu, banyak sekali yang bertanya kepada saya, kenapa Bandung? Kenapa harus ke Bandung? Dan, saya selalu bingung untuk menjelaskannya secara singkat. Ada banyak sekali kata untuk menjelaskan alasan saya begitu menyukai Bandung.
Pertama, karena saya menyukai perjalanannya. Perjalanan dari rumah saya menuju Bandung sekitar dua jam. Dalam dua jam, saya bisa melihat pemandangan yang cukup signifikan perubahannya, dari jalan tol yang kanan-kirinya dihiasi gedung bertingkat dan kepulan asap pabrik hingga bertemu hamparan sawah dan perbukitan. Perjalanan dua jam selalu saya nikmati tanpa tidur. Rasanya menyenangkan bisa melihat perbedaan tersebut secara langsung.
Kedua, karena Bandung membuat saya merasa dekat dengan sahabat saya. Bandung merupakan titik tengah antara kami berdua. Ia ada di Sumedang dan saya di Bogor. Kami berdua sulit sekali bertemu karena pekerjaan kami. Ia bekerja menjadi tenaga kesehatan di Sumedang dan saya bekerja di Jakarta. Meski komunikasi kami lancar, ada kalanya pertemuan tatap muka diperlukan. Maka dari itu, kami selalu memutuskan bertemu di Bandung.
Ketiga, karena makanan kesukaan saya berasal dari Bandung. Setiap kali saya ke Bandung, makan seblak adalah hal yang wajib dilakukan, meskipun saya tahu di seluruh penjuru Jabodetabek ada seblak. Tapi, bagi saya, makan masakan daerah di tempatnya merupakan sesuatu yang autentik.
Keempat, karena saya suka suasananya. Bandung, sejak pertama kali saya menjejakkan kaki de sana, hingga terakhir kali saya berkunjung, suasananya masih sama nyamannya. Bahkan, hanya sekedar duduk di alun-alun sampai tengah malam atau makan di Jalan Sudirman atau main di pasar malam samping alun-alun rasanya bisa semenyenangkan itu. Padahal di Jakarta juga bisa, tapi suasananya berbeda. Di Bandung, saya bisa melepas titel saya, melepas penat, dan bercengkrama dengan sahabat saya. Dan, di sana, saya paham arti rindu.
Intinya, sejak saya diizinkan melakukan perjalanan tanpa orang tua, tujuan saya pergi selalu ke Bandung, bahkan hingga saat saya menulis ini, entah itu untuk sekadar liburan atau menghindar dari ingar-bingar ibu kota. Bagi saya, Bandung bukan sekadar kota, tapi lebih daripada itu. Bandung adalah rumah kedua bagi saya.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.