Kepo Itu Perlu
Manusia dihadapkan dengan berbagai informasi yang terjadi setiap harinya. Apalagi, marak sekali informasi yang berseliweran tersedia di media. Tentu hal ini akan berakibat fatal apabila kita tidak pandai-pandai dalam memilah informasi yang ada. Kita sering kali terbenturkan dengan informasi bohong atau disebut hoaks jika tidak berhati-hati saat menerima informasi.
Ada satu cara yang sebenarnya dapat dilakukan untuk mengurangi berita bohong atau hoaks yang asli nyebelin banget. Satu cara ini merupakan kata yang sering terlontarkan oleh anak muda yang suka ingin tahu urusan orang lain, “KEPO”. Kepo konon merupakan singkatan dari knowing every particular object. Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia kata itu adalah “mengetahui setiap objek tertentu”.
Kembali ke pembahasan awal, kepo tentu bukan hal yang buruk apabila ditujukan untuk hal-hal yang positif. Salah satunya saat menerima informasi-informasi yang banyak bertebaran di media massa maupun sosial. Kepo berguna untuk menyaring informasi bohong. Apalagi, nih, yang sering jadi sasaran korban berita bohong atau hoaks lewat pesan di grup WhatsApp Bapak-Bapak atau Ibu-Ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Neurology Research Australia (NeuRA), ada bukti ilmiah bahwa orang yang ingin tahu rata-rata memiliki otak yang lebih pintar dan kreatif. “Penelitian kami menemukan bahwa ketika seseorang berada dalam kondisi sangat ingin tahu, ada motivasi yang tumbuh secara tak sadar dalam dirinya dan itu sangat membantu proses menangkap informasi baru,” tutur Profesor Charan Ranganath, peneliti dari University of California, Davis, Amerika Serikat, dikutip Detik.
Orang yang suka kepo jika diibaratkan perpustakaan seperti Library of Congress, Amerika Serikat, yang super lengkap informasinya. Oleh karena itu, kepo memiliki peranan penting dan bisa bermanfaat apabila digunakan dengan tepat juga. Selain itu, manfaat yang dapat diperoleh dari kepo ialah memperluas jaringan pertemanan. Kok, bisa? Dengan posisi yang lebih tahu daripada mereka, kita dapat menceritakan kembali informasi yang pernah ditemukan atau didapat (agak gosip, memang). Hal ini tentu dapat mempererat hubungan. Tinggal pintar-pintar saja kita memilah informasi yang dibagikan. Kalau informasi itu berbau gosip, apalagi tentang hubungan yang telah lama kandas atau informasi tentang mantan, bisa-bisa kamu sendiri yang akan sakit hati.
Hal yang paling penting apabila mengembangkan kepo untuk hal kebaikan atau positif ialah tidak mudah dibohongi. Pernah tahu rasanya dibohongi? Sakit, kan? Hal ini telah diterapkan oleh para jurnalis. Mereka menerapkan hal itu dengan mengajukan pertanyaan sebagai cara terbaik agar tidak dibohongi narasumber yang diwawancarainya. Jurnalis menyebutnya dengan sikap skeptis. Luar biasa, ya. Kepo bisa membuat kita selamat dari kebohongan orang lain. Oleh karena itu, orang yang suka bohong akan kelelahan mengarang kisah dusta ketika dihujani pertanyaan. Semoga kamu tidak begitu, ya.
Nah, itu tadi hal-hal positif yang bisa diperoleh apabila kita menempatkan kepo dalam hal-hal positif. Jadikan konotasi makna kata “kepo” menjadi positif dengan menggunakannya secara bijak. Jangan melulu hanya mau tahu urusan orang lain yang sebenarnya bukan hal yang bermanfaat. Selamat kepo.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.