Sore itu, seperti biasa, saya duduk di depan laptop untuk menyelesaikan beberapa tugas ditemani oleh langit Bandung yang kelabu. Karena merasa sepi, saya iseng mendengarkan album kedelapan milik musikus asal Amerika Serikat, Taylor Swift, berjudul Folklore yang baru saja dirilis pada bulan Juli tahun ini. Baru mendengarkan dua lagu saja, saya sudah bisa merasakan bahwa album ini lebih banyak menyentuh sisi emosional Taylor Swift sebagai penyanyi dan penulis lagu dibandingkan dengan album sebelumnya, Lover, yang dikemas dengan lirik positif dan bahagia.

Sejak itu, daftar lagu di album Folklore menjadi teman setia yang menemani hari-hari saya bekerja dari rumah. Termasuk ketika saya memutuskan untuk berpisah dengan seseorang. Lagu berjudul “Illicit Affairs” dan “Exile” sangat mewakili perasaan saya saat itu yang sedang tak karuan. Mendengar lagu tersebut membuat saya merasa tidak kesepian karena tahu ada seseorang yang mampu memahami perasaan saya.

Folklore, yang berarti cerita rakyat, adalah sebuah album yang mayoritas berupa imajinasi dari Taylor, berbeda dengan tujuh album sebelumnya yang memiliki ragam keriangan dan luapan emosi. Dalam Folklore, Taylor Swift menceritakan imajinasi dan perasaannya secara kalem melalui 16 lagu yang berjudul “The 1”, “Cardigan”, “The Last Great American Dynasty”, “Exile (feat. Bon Iver)”, “My Tears Ricochet”, “Mirrorball”, “Seven”, “August”, “This Is Me Trying”, “Illicit Affairs”, “Invisible String”, “Mad Woman”, “Epiphany”, “Betty”, “Peace”, dan “Hoax”. Ia mampu membuat pendengar untuk mencermati liriknya kemudian tenggelam dalam kisah dalam lagu itu.

Folklore dibuka dengan kisah cinta segitiga melalui “Cardigan”, “August”, dan “Betty”. “Cardigan” menceritakan seseorang yang dicurangi oleh kekasihnya, tetapi ia percaya bahwa pasangannya akan kembali kepadanya dan menggunakannya kembali seperti kardigan di bawah kasur seseorang. Selanjutnya, “August” adalah cerita dari orang ketiga yang menaruh harapan kepada peselingkuh, tetapi harapan itu seolah kandas atas kesadaran bahwa ini bukanlah hubungan serius. Terakhir, “Betty”, menceritakan pengakuan dari tokoh James tentang hubungannya dengan orang ketiga kepada Betty.

Selanjutnya, Taylor Swift membawa pendengar untuk mendalami percakapan dua manusia yang pernah menjadi sepasang kekasih, namun kerap menemui masalah melalui “Exile” yang dinyanyikan bersama grup Indie folk, Bon Iver. Lirik yang kuat dan alunan piano yang enak didengar menjadikan “Exile” salah satu lagu kesukaan saya di album ini. Lagu lainnya juga menceritakan hal yang saling terkait seperti “The 1” dengan “This Is Me Trying” yang merefleksikan tentang kehilangan cinta dari orang yang sudah dianggap sebagai belahan jiwa di hidupnya. Dia pun akhirnya berupaya untuk memperbaiki kesalahan dan kegagalannya ketika dulu menjalin hubungan.

Terakhir, album ini ditutup dengan lagu berjudul “Hoax” yang mengisahkan perjuangan Taylor Swift bertahan dalam hubungan yang beracun. Meski ia putus asa, Taylor tak bisa melepaskan hubungan itu. Album Folklore menjadi bukti bahwa Taylor Swift tidak hanya berbakat dalam bercerita seputar cinta pribadinya saja, tetapi ia mampu untuk mengulik kreativitasnya melalui lagu-lagu beraliran folk dan alternative. Memiliki tema serta nuansa yang jauh berbeda dari album-album sebelumnya membuat Folklore terlihat lebih bercahaya dan menarik.

You were my town
Now I’m in exile seeing’ you out
I think I’ve seen this film before
So I’m leaving out the side door
(Taylor Swift-Folklore, 2020)

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.