Mencintai
Mencintaimu, seumur hidupku
Selamanya, setia menanti
— Krisdayanti (2000: 3)
Rintik-rintik kala sore menjadikan perasaanku campur aduk, seperti bubur ayam yang beradu dengan kerupuk dalam sebuah mangkuk. Oh, kupikir aku akan segera menjadi pujangga yang bergelut dengan pena dan rasa, menciptakan kata-kata penuh keagungan sastra, kemudian menyihir hati pembaca dengan segala yang abadi dan yang fana. Akan tetapi, bukanlah selembar kertas yang akhirnya kuambil, melainkan sebuah laptop di atas meja kecil. Aku tiba-tiba teringat sesuatu yang membuatku sedih: aku belum mengerjakan swalatih.
Entah karena rintik, entah karena rindu, perasaanku menjadi abu-abu. Aku merasa tiba-tiba saja ingin mengetik tentang hal itu. Kuambil napas panjang, kukedipkan mata dengan tenang, kubaca doa yang sudah lama hilang. Bismillah, kutulis swalatih dengan rima yang semoga indah.
Aku pernah mendengar sebuah ucapan pada masa dulu bahwa mencintai butuh waktu. Semula aku bertanya-tanya, mengapa mencintai tak dapat sederhana saja? Akan tetapi, kehidupanku yang sepi ini perlahan-lahan memberi jawaban atas pertanyaanku tadi. Bahwa terkadang seseorang dapat mencintai begitu cepat, itu memang benar. Bahwa terkadang dua orang yang baru bertemu bisa saja lekat, itu pun memiliki dasar. Namun, bahwa mencintai butuh waktu—dan mungkin juga tekad, aku tak punya kuasa untuk ingkar.
Aku juga pernah mendengar bahwa mencintai pun butuh momentum karena ia membuat cinta terasa sangat harum. Mencintai butuh saat yang tepat. Namun, bagaimana jika itu terlambat? Untuk pertanyaan itu, aku belum punya jawaban yang bermutu.
Meskipun demikian, aku punya contoh yang bisa kujelaskan. Ceritanya begini. Ada satu grup musik yang sangat kugemari. Namanya Dream Theater. Kukenal ketika aku puber. Aku selalu suka setiap albumnya, kecuali yang akan kusebut ini saja. Awake judulnya. Bagus gambar sampulnya. Namun, aku kurang suka lagu-lagunya, kecuali satu-dua. Aku tidak mendengarnya untuk bertahun-tahun lamanya.
Tibalah suatu hari yang tak kusangka-sangka sendiri. Aku sedang duduk di lantai dengan hati yang sangat capai. Ada video rekomendasi dari YouTube yang membuat jantungku berdegup. Dream Theater mengeluarkan video baru. Itu membuatku sedikit terharu. Setelah menonton video itu, kutelusuri yang lain satu per satu. Kutemukan “Space-Dye Vest” yang membikin hati jadi dingin serupa es. Kutemukan juga “The Silent Man”, lagu akustik yang sangat keren. Lagu-lagu dalam Awake kujelajahi lebih jauh lagi, lebih dalam dari sebelum ini. Kucoba “Voices”. Oh, betapa air mata ingin menetes ketika kubaca liriknya yang ternyata sungguh kenes.
I’m kneeling on the floor. Staring at the wall.
Like a spider in the window, I wish that I could speak.
Penelusuran terus berlanjut. Membacai lirik lainnya membuat hati terkejut, tidak terkecuali lagu “Scarred” yang sesuai dengan hati yang kalut.
And how come you don’t understand me?
And how come I don’t understand you?
…
People in prayer for me
Everyone there for me
Sometimes I feel I should face this alone
Begitu seterusnya dan hampir tiada ujungnya. Album berlirik gelap dengan emosi lengkap. Suara keluaran empuk dengan melodi menusuk. Dan, pada saat itu, aku menjadi tahu bahwa mencintai memang butuh waktu. Mencintai juga butuh momentum. Semua yang belum akan berubah menjadi maklum. Lirik-lirik indah hadir pada saat yang tepat. Kata-kata dan kenyataan terasa dekat.
Mungkin itu juga berlaku untuk diri sendiri yang selalu sendu. Melewati masa ketika tak tahu apa yang harus ditunggu. Berharap waktu dan momentum akan mengobati segala yang lalu.
Mungkin itu juga berlaku untukmu. Mengikhlaskan kekecewaan yang hampir membatu. Berharap waktu dan momentum akan membuatmu mampu mencintai apa yang belum kautahu. Mungkin bukan hari ini. Mencintai adalah kesadaran bahwa kita memiliki sesuatu yang berharga dalam hidup ini. Setidaknya, jangan pernah pergi.
One day, when I am able to love you
I’ll come back from wherever I’ve been to
I’ll see you looking the same as you always have
Lovely, so lovely, I’ll cling to the love you give
So I’ll start to live
— Carpenters (1969: 3)
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.