Mengembara ke Negeri Pasta
Italia adalah negara yang sangat artistik. Bagi orang yang menyukai sejarah kuno Eropa dan penggemar pasta, negara ini merupakan tujuan wisata yang sangat tepat. Saya memilih terbang menuju Bandara Fuicimino karena di Roma hanya ada dua bandara dan Fuicimino adalah bandara yang hampir tidak ada penundaan dibandingkan bandara lain di Italia. Bandara Fuicimino merupakan bandara terbesar di Kota Roma.
Bandara Fuicimino memiliki beragam transportasi, seperti bus, taksi, dan kereta. Saya lebih memilih naik taksi daring (Uber) karena saya membawa barang bawaan yang banyak dan melelahkan. Kelebihannya adalah saya diantar sampai depan hotel tanpa perlu berjalan dari stasiun atau terminal dengan membawa koper yang cukup berat. Jika mau lebih murah, ada pilihan bus pulang pergi yang ongkosnya hanya delapan euro.
Hari itu saya mengunjungi Via Del Corso, Fontana Di Trevi, dan Colosseum. Rute pertama yang saya datangi adalah pusat perbelanjaan merk terkenal dan cukup menguras kantong, seperti Louis Vuitton, Fendi, H&M, dll. Saya cuci mata dan belanja barang di sepanjang jalan Via Del Corso hingga sore hari. Saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Fontana Di Trevi (Trevi Fountain). Trevi Fountain adalah sebuah air mancur yang didirikan di Distrik Trevi, Kota Roma, dan dibangun di pertemuan tiga jalan (tre vie). Konon, jika seseorang melempar sebuah koin dengan berdoa, doa tersebut akan terkabul. Percaya atau tidak, itulah cerita sejarah yang diceritakan dari masa ke masa. Diperkirakan koin yang terkumpul dari para wisatawan bisa mencapai tiga ribu euro tiap harinya. Wow!
Setelah puas berbelanja dan mengunjungi tempat wisata bersejarah di Roma, saya lanjut ke ikon Kota Roma sekaligus Italia, yaitu Colosseum. Ketika melihat bangunan megah tersebut, saya dapat membayangkan bagaimana keseruan dan ketegangan dari arena gladiator seperti di film. Saya juga dapat mengimajinasikan betapa mengerikan atau bahkan seru melihat para gladiator saling membunuh untuk memenangkan hadiah dari Raja. Bahkan, para gladiator sering bertarung dengan hewan buas, seperti singa. Puluhan ribu penonton bersorak ria ketika salah satu gladiator memenangkan pertarungan tersebut. Saya bersyukur sudah hidup di zaman yang mengenal hak asasi manusia dan menghapus perbudakan.
Saat malam tiba, saya memilih makan malam dan beristirahat di restoran yang terletak di jalan dekat Colosseum, tepatnya di Jalan Via Di San Giovanni. Di tempat tersebut, terdapat restoran yang cukup terkenal karena tempatnya yang strategis dan memiliki pemandangan berlatar belakang Colosseum. Saya memilih makan pasta karena itulah ikon di “kota abadi” itu. Berbagai macam pasta saya pesan. Saya mencoba piza, spageti, linguine, dll. Perbedaan pasta asli Italia dengan pasta buatan Indonesia adalah saus tomatnya. Tomat plum adalah salah satu jenis buah tomat yang sering dijadikan bahan saus. Bentuknya kecil dan sulit dicari di Indonesia. Buah ini rasanya lebih asam sehingga cocok untuk cita rasa pasta ala Italia.
Cuaca malam itu sangat dingin, sekitar empat derajat celcius. Itu membuat saya memilih untuk segera pulang. Jadi, apakah masih tetap ingin mengembara ke negeri pasta?
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.