Merasa Gagal
Gagal. Siapa orang di dunia ini yang tidak pernah merasa gagal? Entahlah, saya belum tahu jawabannya. Yang saya tahu pasti, bukan saya orangnya.
Sebagai manusia biasa yang baru memasuki geng kepala dua, saya tentu termasuk ke deretan orang yang merasa pernah merasa gagal. Sebentar, sebenarnya apa, sih, gagal itu? Beberapa waktu yang lalu, setelah saya mengetik kalimat sebelumnya, saya langsung membuka aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang ada di ponsel untuk mendapatkan jawabannya. Menurut KBBI, gagal itu tidak berhasil, gagal itu tidak tercapai.
Saya seringkali tidak berhasil dalam melakukan sesuatu bahkan dalam hal sederhana sekalipun. Hal sederhana saja sangat mungkin mengalami kegagalan apalagi hal yang besar. Banyak kejadian yang saya alami meleset dari target yang sebelumnya ingin saya raih. Misalnya, berada di program studi (prodi) saat ini. Kalau boleh jujur, ini bukan prodi yang saya targetkan, tetapi waktu justru mengarahkan saya menuju jalan ini.
Saya pernah ribut dengan diri saya sendiri karena merasa berat sekali menjalani perkuliahan di rumpun sosial. Banyak hal yang menurut saya tidak dapat diukur. Saya tidak tahu mana yang dapat dikatakan benar dan salah, mana yang bagus dan mana yang tidak. Padahal, bukan itu poinnya. Ternyata rasa di sini memiliki peranan besar. Pernah saya baca atau dengar atau mungkin berasal dari pikiran saya sendiri bahwa hidup itu bukan tentang benar dan salah saja, melainkan lebih dari itu. Namun, saya juga belum tahu secara mendalam apa yang dimaksud lebih dari itu. Seiring berjalannya waktu, ternyata banyak yang bisa saya pelajari dan peroleh dari prodi ini. Memang benar ternyata pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino, kalau cinta itu tumbuh karena terbiasa. Intinya, hanya butuh waktu yang panjang untuk saya menyadari bahwa jalan ini pun juga menyenangkan (meski berbeda dengan target awal). Kembali membahas tentang gagal, saya pernah membaca sebuah tulisan di media sosial. Kalau saya tidak salah, yang bilang itu pejabat terkenal. “Kalau semua orang itu punya kesempatan gagalnya masing-masing, sudah ditentukan pokoknya, dan lebih baik habiskan kesempatan gagal itu di masa muda, supaya kesempatan gagal di masa tua lebih rendah.” Dari yang saya tangkap kurang lebih seperti itu maksudnya.
Pernyataan itu membuat saya lebih terbuka pikirannya. Salah satunya, saya jadi tidak takut untuk mencoba sesuatu karena toh, kalau gagal, itu berarti saya membantu meringankan beban gagal saya di masa tua. Saya rasa ada yang janggal dari pernyataan itu. Siapa yang jamin pernyataan itu benar? Siapa yang bilang kalau saya diberi kesempatan untuk menjadi tua? Sampai tulisan ini dibuat, saya juga masih tidak tahu jawabannya. Yang saya tahu, kalau saya gagal, ada sesuatu yang bisa saya peroleh. Saya bisa belajar mencegah kegagalan lain yang mungkin suatu hari nanti akan terjadi. Saya bisa bersedih memikirkan diri saya yang mungkin selama ini suaranya tidak saya perhatikan. Saya bisa bercerita pada kawan saya untuk mendapatkan wejangan yang boleh jadi belum pernah saya tahu. Saya bisa melakukan hal yang mungkin, kalau tidak dengan gagal, tidak akan saya lakukan.
Saya selalu percaya kalau suatu hal terjadi, pasti karena ada sesuatu yang bisa dipetik dan dihasilkan darinya. Seperti merasa gagal, ada yang bisa saya pelajari dan perbaiki setelahnya.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.