Satu orang menghirup napas pertamanya di dunia, menyambut semesta dengan isak tangis dari mulut kecilnya. Satu orang mengembus napas terakhirnya di dunia, meninggalkan semesta dengan isak tangis dari sanak keluarganya. Datang dan pergi menjadi warna yang saling melengkapi dalam rangkaian cerita yang terus berjalan detik demi detik.

Puluhan, ratusan, ribuan orang silih berganti berjumpa dengan kita saban hari, membentuk mosaik-mosaik yang terangkai dalam imaji. Ada yang kecewa, ada yang marah, ada yang tertawa, ada pula yang berbicara. Mosaik-mosaik tersebut menempel dengan setiap warna yang berbeda. Mosaik paling cerah dan besarlah yang terus terbayang dalam benak.

Sampai suatu ketika, semesta bekerja dengan magis. Mempertemukanku dengan persona yang tak pernah terekam dalam mosaik. Bertatap mata diiringi dengan bibirnya yang tersenyum kandis. Memancarkan pesona yang berkilau dari matanya yang manis. Lalu, dia berjalan dan berlari.

Sekejap batinku nanar. Rindu mencari dia yang pernah terekam oleh masa lampau. Warna mosaik hampir pudar tak lagi berwarna. Kenapa semesta tak berpihak padaku, dengan menghadirkan sosoknya hanya sekejap mata. Ke manakah dia berkelana? Harus ke manakah aku untuk menemukannya?

Ya, semesta, biarlah kau izinkan sekali lagi ‘ku berjumpa padanya. Melihat elok wajahnya walau hanya sebentar saja. Berbincang padanya di tengah deru angin senja atau mungkin, memeluknya erat di dekapan yang begitu nyaman. Ya, semesta, tolonglah agar aku dapat mengecup bibirnya yang merah merekah.

Aku ingin, supaya mosaik yang pernah ada pada imaji, kembali berwarna dan bersinar, bahkan menjadi mosaik terbesar hingga semesta meminta aku untuk meninggalkannya.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.