Pada gelap malam saat nyala lilin sudah mati
dan bahu telah rebah tertunduk layu,
sering kali saya bertanya-tanya pada langit yang katanya kelabu:
bagaimana jadinya jika tubuh manusia tidak memiliki jantung?

Matikah saya?
Matikah kamu?
Matikah kita semua?
Matikah mereka yang kita sebut harapan?
Duh, harapan-harapan sialan itu.

Sayang, saya tidak ingin punya jantung
karena degupnya terlalu kencang
sampai-sampai harapan tak lagi mau bergantung.

Sayang, saya tidak ingin punya jantung;
saya tidak ingin punya sebiji,
meski itu berarti mati.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.