Dua hari sejak kepulangan orang tua saya setelah upacara wisuda, saya mulai bersiap-siap. Dalam hati, saya bergumam. 

“Kayaknya berangkat ke Surabaya hanya membawa satu koper dan satu tas jinjing…” gumam saya sambal memandangi kamar berisi dua lemari yang terisi penuh, dua koper yang tertata di ujung ruangan, serta meja lesehan yang berisi seperangkat laptop, layar monitor, lampu meja, akuarium ikan cupang, dan peranti pendukung pekerjaan lainnya.

Memang, kebiasaan ibu saya Ketika saya sedang pulang kampung adalah membawakan barang-barang tertentu untuk saya. Contohnya, pakaian. Saya sebenarnya adalah orang yang cukup minimalis dengan pakaian. Saya misalnya hanya punya kaus polo dengan tiga varian warna yang biasanya saya gunakan untuk kuliah. Saya juga memilih menggunakan kaus berwarna hitam—yang berjumlah sekitar 10 buah—jika ingin pergi ke luar rumah. Teman-teman saya mungkin curiga dan mengira saya tidak pernah ganti baju. Tidak apa-apa. Memiliki kaus dengan hanya satu pilihan warna memudahkan saya untuk memilih pakaian untuk dipakai. Sekaligus mempersingkat waktu memilih pakaian yang mungkin menyita.

Kebingungan pertama muncul: bagaimana caranya saya pulang dengan membawa semua hal ini? Motor saya hanya motor biasa. Bukan motor dengan boks pikap di belakangnya. Ya, memang, sih, ada boks kecil—yang sering disebut rice cooker oleh teman-teman saya—di motor saya. Tapi, mana bisa membawa semuanya, kan?

Karena saya ingin perjalanan nanti bukan hanya sekadar perjalanan pulang biasa, namun jadi perjalanan yang juga saya nikmati. Bisa saja, saya bawa cukup banyak barang nanti. Tapi, saya tidak mau disangka pedagang perabot yang sedang menjajakan dagangannya karena membawa barang dengan volume yang tidak wajar. 

Setelah proses pemikiran panjang—kurang lebih 25 menit. Saya memutuskan untuk mengirim barang-barang yang masih saya perlukan dengan kurir. Sisanya, saya biarkan saja di sini. Tak selesai di sini, kebingungan kedua muncul: bagaimana kirim barang-barang ini dengan kurir yang harganya masih masuk akal?

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.