Profesionalitas dan Kekeluargaan
Saat itu, Desember 2019, ada perdebatan lucu. Menurut saya, sih, lucu. Dua rekan kerja saya mengalami konflik. Kita sebut saja A dan B. Peristiwa tersebut cukup membuat geger satu tim karena keduanya merupakan sosok pemimpin yang cukup disegani tim. Saat itu saya diminta salah satunya untuk menjadi penengah. Konflik di antara dua orang tersebut terjadi karena A merasa B tidak profesional, sedangkan B merasa A tidak menjalankan dasar organisasi kami sepenuhnya, yaitu kekeluargaan. Lalu, tebersit sesuatu di pikiran saya sehingga memunculkan diskusi yang cukup panjang bersama salah satunya.
Memang, kekeluargaan dan profesionalitas tidak bisa saling berdampingan, ya?
Menurutnya, menjadi profesional adalah menjadi anggota tim yang menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya secara mandiri tanpa dibantu oleh anggota lainnya karena itu bukan kewajiban anggota tersebut. Sementara itu, kekeluargaan adalah keadaan ketika salah satu anggota tidak dapat menyelesaikan atau melakukan tugas dan tanggung jawabnya, anggota lain seharusnya—secara mandiri atau diminta—membantu anggota malang itu dalam menjalankan tugasnya. Yah, seperti ketika kita mengerjakan tugas kuliah secara kelompok.
Saat itu saya merasa bahwa yang saya pikir selama ini masih sangat cetek. Saya hanya merasa, menjadi profesional berarti setiap uraian kerja yang diberi kepada kita harus selesai dan kekeluargaan berarti memanusiakan manusia dengan tidak berbuat atau mengarahkan orang lain seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Namun, ada satu variabel yang saya lewatkan. Dalam tim, terdapat anggota lain yang mungkin memiliki pengertian yang berbeda atas kekeluargaan dan profesionalitas. Itulah alasan masih banyak ekspetasi yang berujung pada tuntutan oleh anggota lain kepada diri kita sendiri. Dan, apabila kita terlalu sibuk memenuhi tuntutan tersebut—yang seharusnya tidak menjadi kewajiban kita, kapan kita memenuhi tuntutan dari diri kita sendiri? Tapi, sekali lagi, saya tekankan bahwa ilmu saya masih cetek. Saat ini pun saya masih dalam proses belajar dan mencari jawaban dari pernyataan ini.
Jadi, dapatkah sebuah tim menjadi profesonal dan berdasar kekeluargaan pada saat yang sama dalam berorganisasi?
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.