Sejak pandemi, semua tugas dan pekerjaan saya beralih ke dunia digital. Peralihan yang tiba-tiba membuat saya terpaksa untuk tidak pergi keluar rumah sesering dulu. Sama seperti kebanyakan orang, saya sempat mengalami stres dengan berbagai tugas dan pekerjaan yang semuanya harus dilakukan secara daring. Alhasil, manajemen waktu saya yang sebelumnya tidak diatur dengan baik menjadi semakin kacau.

Namun, secara kebetulan, dua minggu lalu saya mengikuti pembimbingan Pramubahasa yang dipimpin oleh Mbak Lanie dengan tema manajemen waktu. Sebagai seorang yang sedang berada di semester pusing alias semester lima, manajemen waktu saya memang jauh lebih kacau dari sebelumnya. Ya, saya masih mampu mengerjakan semuanya sesuai tenggat, sih, tapi tetap saja dalam realisasinya sering kali terburu-buru.

Beberapa hari setelah pembimbingan itu, saya teringat perkataan Nadia saat sesi tanya-jawab tentang bagaimana cara memprioritaskan pekerjaan yang paling mendesak. “Bagaimana, ya, semuanya penting,” katanya ikut menanggapi. Seketika saya jadi berkaca. Betul juga, ya. Semua terasa penting, tiba-tiba segalanya menjadi prioritas yang harus segera diselesaikan.

Saya pun merenung, secara tidak sadar, saya sering menganggap semua pekerjaan memiliki urgensi yang sama. Niat hati ingin memprioritaskan semua tugas dan menyelesaikannya dengan tuntas, hasil malah tidak terlalu maksimal. Dan, yang membuat saya gemas, kenapa tidak sedari dulu saya sadar kalau dilihat dari kacamata manajemen waktu, menganggap semua pekerjaan sebagai prioritas utama bukanlah hal baik. Ketidakpekaan tak berujung ini pun juga membuat saya mengulang kesalahan yang sama berkali-kali.

Akhirnya, sembari menulis swalatih, saya membuka kembali modul pembimbingan manajemen waktu. Dari beberapa materi pembahasan, matrik Eisenhower “Kuadran Prioritas Pekerjaan” seperti menjadi kunci dari kegundahan saya dalam mengatur prioritas. Pada matrik ini, ada empat kuadran yang terdiri atas kewajiban, kepemimpinan pribadi, desepsi, dan sampah. Empat kuadran tersebut membantu kita untuk membedakan tugas atau pekerjaan yang perlu dikelola, diberi fokus, diwaspadai, dan dihindari.

Dengan pemaparan matrik Eisenhower, pada akhirnya saya mendapatkan wangsit untuk mengatasi kebiasaan buruk yang sudah tinggal menahun dalam diri saya. Tentu saja sebuah usaha tidak selalu berhasil dalam satu kali coba. Tetapi, apa salahnya mencoba untuk memperbaikinya?

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.