Saung Kebaikan
Ramadan tahun 2021 berbeda dari sebelumnya. Hal yang menjadi berbeda ialah pertama kali memperoleh pengalaman mengabdi. Sungguh, saya menantikan benar-benar kesempatan mengikuti pengabdian sejak jadi mahasiswa. Akhirnya kesempatan ini datang di saat bulan penuh keberkahan kata orang-orang.
Saya tidak memasang ekspektasi besar untuk sepuluh hari ke depan melaksanakan kegiatan pengabdian. Saya bermodalkan niat untuk bisa menghabiskan waktu Ramadan dengan kegiatan yang bermanfaat. Meskipun tempat pengabdian saya dekat dengan rumah, sekitar 30 menitan, sama sekali tidak berkurang rasa penasaran untuk merasakan pengalaman baru ini. Pertimbangan lainnya karena saya harus tetap melaksanakan kewajiban sebagai pekerja.
Lokasi tempat pengabdian saya ada di area Pelabuhan Tanjung Mas, daerah Kebonharjo lebih tepatnya. Letaknya yang masih terhitung dekat dengan pusat kota, nyatanya belum pernah terjamah oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan kampus-kampus, KKN misalnya. Benar-benar baru pertama kali digunakan sebagai tempat pengabdian Saung Kebaikan. Saung Kebaikan adalah nama kegiatan pengabdian saya. Pantas saja, sambutan warga pertama kali belum begitu baik saat melakukan observasi awal, perlu beberapa kali berkunjung.
Hari pengabdianpun tiba, hari pertama menginap berisi sambatan suasana panas di rumah kontrakan tempat saya menginap. Saya sendiri saat malam tiba dan waktunya untuk tidur, butuh waktu dua jam untuk bisa terlelap, sampai-sampai terasa baru sebentar terpejam sudah harus bangun lagi untuk sahur. Sungguh, suasana panas benar-benar menguras emosi. Saya memaksa diri untuk cepat-cepat sadar bahwa inilah kondisi yang memang harus saya hadapi. “Mari beradaptasi!” Ujar saya meyakinkan diri supaya mampu melewati malam-malam berikutnya. Alhamdulillah, sugesti yang saya lakukan nyatanya berhasil. Hari ketiga hingga kesepuluh terlewati dengan cukup aman. Bahkan, saya mulai membiasakan diri untuk mandi pukul dua pagi karena mengurangi sambatan hawa panas yang memang sungguh luar biasa.
Beruntungnya hari-hari saya tidak hanya dihabiskan di kontrakan. Sebagian besar ada di Masjid Al-Miroj, masjid yang menjadi lokasi saya mengajar TPQ setiap sore. Kegiatan sore hari menjadi kegiatan yang paling saya nantikan, mungkin bisa dibilang paling favorit. Apalagi saat menunggu azan magrib tiba. Ada kebahagiaan di dalam hati saya melihat anak-anak yang menunjukkan raut wajah ekspresifnya. Puncaknya Ketika mereka sudah mendengar suara bedug itu ditabuh. Lengkap sekali ekspresi seperti pemain bola yang memperoleh piala kemenangan.
Saat saya sudah mulai akrab dengan anak-anak TPQ, salah satu dari mereka dengan sigapnya selalu mengingatkan “Kak, nanti salat tarawih jamaah, ya. Duduk di sebelahku.” Kemudian, anak yang satunya, “Besok sebelahku, ya, Kak.” Sambutan hangat mereka yang membuat saya merasakan kembali suasana Ramadan yang penuh kehangatan. Entah, mungkin sudah terlalu lama jiwa saya terbelenggu oleh perasaan sepi. #Lahkokjadicurhat
Kegiatan pengabdian bukan saya yang memberi malah saya yang banyak diberi oleh mereka.
Saya akhirnya memperoleh sebuah simpulan seperti kalimat sebelum ini. Saya menutup tulisan ini dengan harapan semoga rasa syukur semakin membuncah, meskipun sedang didera ujian yang kian ada-ada saja. Kuat-kuat, ya, wahai diri.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.