Bertambahnya ilmu pengetahuan dapat membuat manusia mengalami perubahan. Itu baru satu aspek perubahan, belum lagi lingkungan dan kepribadian. Jika kita menjumpai teman lama, pasti sering muncul ucapan, “Kamu beda banget, ya, sekarang.” Nah, ini menunjukan bahwa teman kita mengalami sebuah perubahan.

Banyak sekali faktor penyebab perubahan seseorang: bertemu lingkungan baru, membaca buku-buku, mengobrol dengan orang yang berusia jauh lebih dewasa, dan lain-lain. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar dalam diri saya, “Kok, bisa gitu, ya?”

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul ini membuat saya banyak bercengkerama dengan kejadian di sekitar. Saya mulai memperhatikan kondisi yang satu dengan lainnya. Lalu, muncul lagi pemikiran, “Ada juga yang masih sama, nggak berubah.” Tampaknya semua perubahan itu terjadi seiring dengan manusia itu menjalani masa-masa hidupnya. Berubah ataupun tidak, itu terjadi karena keputusan yang diambil oleh diri sendiri, sadar pun tidak sadar.

Saya yang membuat keputusan untuk berubah merasa kelelahan dalam menangkap banyak informasi. Lebih tepatnya, saya belum andal dan perlu belajar untuk bisa menyaring informasi. Rasa kewalahan sering muncul karena penyesuaian-penyesuaian yang perlu saya kerjakan. Memang, ya, untuk mempelajari dan beradaptasi dengan sebuah hal baru bukanlah hal yang mudah.

Saya mengambil putusan untuk jeda sebentar. Jeda yang dimaksudkan untuk memberikan ruang istirahat pikiran saya sendiri. Meskipun mengambil jeda, bukan berarti saya meninggalkan amanah yang sudah ditugaskan. Saya tetap melakukan apa yang jadi kebiasaan.

Saya mengharapkan jeda ini membuat pikiran saya lebih bisa fokus kepada hal-hal yang harus saya pilih dan kerjakan. Dampak lain yang saya harapkan juga wajah saya tidak berjerawat lagi. Jerawat ini yang membuat keputusan saya pada awal tadi untuk mengambil jeda. Saya mulai menyadari hal itu ketika pekan kemarin tiba-tiba ada jerawat yang muncul sambil membawa pasukan. Huhuhu, lebih dari satu maksudnya. Saya cek kalender jadwal menstruasi, tetapi ternyata masih lama. Dari banyak referensi yang saya baca tentang pemicu jerawat, salah satunya ternyata adalah banyak pikiran.

Oke, sebagai akhir tulisan ini, saya menghaturkan rasa terima kasih pada jerawat. “Makasih, ya, jerawat. Kamu sudah jadi alarm untuk lebih peduli dengan diri.” ☺

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.