Maz    : Sebenarnya yang kita beli itu harganya lebih mahal dari yang dijual di lokapasar, lo, Cink!

Saya   : Kenapa Maz tetap beli barangnya?

Maz    : Orangnya baik.

Sederhana bukan? Awalnya kami ke toko itu hanya untuk membeli satu barang. Namun, oleh karena komunikasi yang terjalin baik, kami pun bertahan duduk lebih lama dari waktu yang kami targetkan. Sang penjual toko tersebut selalu melayani pertanyaan kami dengan baik dan tidak segan memberikan referensi yang oke. Meski penjelasan sang penjual tidak selalu bisa memuaskan rasa ingin tahu kami, tetapi terlihat ketulusan dalam binar mata dan tuturnya. Ketika kami tidak jadi membeli barang yang pertama karena belum ada kesesuaian spesifikasi dan harga, senyumnya tidak surut sedikit pun; nada suaranya masih tetap bersemangat; dan gestur tubuhnya tetap positif. Mungkin hal inilah yang membuat kami akhirnya membeli barang yang kedua.

Usai kami membeli barang dari toko tersebut, sang penjual tetap melayani kami melalui pertanyaannya via WhatsApp. Ia bertanya apakah barang yang kami beli berfungsi dengan baik dan adakah kendala yang kami hadapi. Setelahnya, jika kami bertanya, sang penjual merespons dengan sigap. Kami tercengang dibuatnya.

Dalam dunia penjualan, seorang penjual memang diharapkan untuk bisa melakukan pencapaian yang tinggi. Setiap bulan mereka memiliki target yang harus mereka capai. Seorang penjual akan mencari kebutuhan sebanyak-banyaknya untuk menghasilkan penjualan sebesar-besarnya. Dalam dunia penjualan hal ini dikenal sebagai corong penjualan (funnel marketing).

 

Sumber: https://ogno.io

Jika kita lihat prosesnya, saya melihat ada satu kelemahan dalam corong penjualan, yaitu ketika penjual berfokus dalam memenuhi pencapaian. Penjual terkadang lupa memahami kebutuhan klien secara mendalam. Ketika pembelian sudah terjadi, penjual pun kadang lupa menjaga dan merawat pembali karena penjual sudah berfokus dengan pencapaian lainnya. Padahal dalam proses penjualan, tindakan si penjual pasca-pembelian memegang peran penting yang bisa membuat pembeli bersikap loyal.

Setelah menjalani proses penjualan sejak lama dan setelah mengalami proses sebagai pembeli, di sini saya memahami bahwa penjualan itu bukan hanya tentang pencapaian target semata. Tugas terberat seorang penjual adalah bagaimana caranya membuat pembeli selalu ingat pada saat suka dan duka mereka. Kunci dari semuanya adalah pelayanan. Bagaimana penjual melayani mereka dengan bijak sedari prajual, pelaksanaan penjualan, sampai dengan pasca-penjualan.

Ternyata tidak harus dengan seikat bunga rupiah kita bisa membuat pembeli loyal kepada kita. Sapaan selamat pagi, ucapan selamat ulang tahun, pertanyaan kendala yang dihadapi merupakan contoh-contoh kecil dari suatu layanan yang bisa membuat mereka loyal dan bahkan menginfokan layanan dan produk kita kepada keluarga, teman, dan koleganya. Apalagi ditambah dengan keluaran layanan dan produk yang sangat bagus, berapa pun harga yang kita banderol pada layanan dan produk yang dikeluarkan, pembeli tidak akan segan-segan merogoh koceknya dalam-dalam.

Selamat menjual, Teman-teman. Eh, ini bisa berlaku juga apabila kita sedang melakukan pendekatan dengan calon mertua, ya. Jangan hanya pada saat melakukan pendekatan kita bersikap baik, tetapi pascanya pun harus tetap kita jaga, insyaallah hati mertua akan 100% tercurah untuk kita. Semangaaaat!

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.