Memori kita semasa kecil umumnya dikenangkan oleh orang lain, seperti orang tua atau saudara, sehingga kita cenderung menempatkan diri pada perspektif orang lain dalam mengingat memori tersebut. Artinya, beberapa memori dapat diakses secara eksternal. Hal itulah yang membuat kita memiliki ikatan kuat dengan orang-orang di lingkungan kita. Namun, pada beberapa kasus lainnya, bisa saja memori tersebut telah ada dalam bawah sadar kita dan muncul ke permukaan setelah dipantik oleh hal-hal tertentu.

Peran serta orang lain dalam konstruksi memori kita menghasilkan apa yang disebut sebagai collective framework of memory, yaitu hasil atau kombinasi ingatan individu yang berkenaan dengan relasi antarmanusianya. Ia adalah instrumen-instrumen yang digunakan memori kolektif untuk mengonstruksikan kembali citraan masa lampau dari pemikiran masyarakat. Dengan demikian, memori individu tidak hanya berperan signifikan dalam pembentukan identitas dirinya, tetapi juga memberikan tempat padanya di masyarakat. 

Sebagai makhluk sosial, pikiran kita merekonstruksi memori sesuai dengan tatanan dan nilai sosial yang berlaku. Dengan kata lain, memori kita bisa saja tereduksi sedemikian rupa di bawah tekanan masyarakat sehingga kita diharapkan bertindak dan berpikir sesuai dengan kaidah yang diharapkan masyarakat. Dari perspektif sosiologi, Halbwachs (1992: 6–11) menunjukkan bahwa seperti halnya pikiran manusia, kita menganggap dunia terbagi menjadi ruang keberadaan masyarakat (lingkungan kita yang nyata saat ini) dan ruang untuk masyarakat (lingkungan yang terekam dalam pikiran kita). Setiap individu mengendalikan memori mereka untuk mengubah lingkungan atau masyarakat di dalam pikiran mereka untuk lebih mengakomodasi diri yang mereka harapkan.

Lingkup sosial terkecil tempat memori bisa menjadi kolektif adalah keluarga. Keluarga tidak hanya menerapkan aturan, tetapi juga membangun emosi dan kebersamaan melalui adat istiadat yang diturunkan. Keluarga juga terkadang menyimpan rahasia antaranggotanya sehingga tidak heran bahwa banyak perusahaan berbasis keluarga memilih meneruskan bisnis kepada keturunannya. Hal itu menunjukkan bahwa keluarga tidak hanya menyimpan memori masa lalu, tetapi juga memberikan model dan contoh pengajaran yang mereproduksi sejarahnya sendiri. Meski demikian, tiap-tiap anggota keluarga masih memiliki memori individu yang kadang kala kontras satu sama lainnya, bahkan ketika seseorang telah terasimilasi sempurna melalui pernikahan, misalnya. 

Praktik-praktik dalam keluarga tentu erat kaitannya dengan aspek religius. Halbwachs (1992: 85) memperkenalkan memori kolektif religius yang bisa dilacak dari sejarah umat manusia. Selain menjelaskan kematian (atau kehidupan setelah mati), memori kolektif religius berkenaan dengan asal-usul manusia: dari mana kita (dipercaya) berasal dan bagaimana hal tersebut mengatur tindakan dan pola pikir kita sehari-hari. Dalam hal demikian, kita memiliki memori yang diverifikasi dan difalsifikasi (seperti ajaran agama atau adat lainnya dalam debat-debat tertentu). Hal itu kemudian terejawantahkan dalam hukum dan norma yang berlaku, bahkan dalam mitos-mitos yang masih dipercaya di masyarakat.

Dengan mengingat bahwa kebenaran yang ditawarkan agama bersifat atemporal dan memiliki representasi-representasi, upaya-upaya untuk menginterpretasikan apa yang kita anggap sebagai wahyu (atau memori) tidak pernah berhenti dan bisa dikatakan rentan berubah. Doktrin-doktrin keagamaan, di sisi lain, menjaga mistik tersebut agar tetap dalam koridor pola pikir religius. Meski demikian, dapat kita pahami bahwa sebagai instansi, beberapa lembaga keagamaan bergerak menyesuaikan praktik ajarannya dengan perkembangan zaman karena mereka sendiri tetap membutuhkan umat sebagaimana teologi sebenarnya dikonstruksi oleh rasionalisasi akan teologi itu sendiri. Oleh sebab itu, ada perbedaan mendasar akan ritus dan kepercayaan berkenaan dengan konstruksi memori kolektif. 

Referensi:

Halbwachs, Maurice. 1992. On Collective Memory. Illinois: University of Chicago Press.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.