Jawaban Atas Tulisan Bucin
Waktu menunjukkan pukul 01.18 WIB saat kalimat pertama ini saya tik. Sepuluh menit sebelumnya, saya iseng-iseng meramban ke laman Trello, lalu saya dapati sebuah judul tulisan yang menarik minat saya untuk membaca isinya. Saya anjurkan agar SDMA berterima kasih kepada oknum yang sudah menulis tentang bucin. Oleh karenanya—sebut saja Mas Harrits, swalatih ini ada.
Pertama-tama, saya mengamini jika hati saya diibaratkan seperti baja produksi Krakatau Steel. Pada kenyataannya, sampai sekarang, saya masih kewalahan membangun ulang hati saya yang mudah patah oleh sebab-sebab yang tidak bisa dijelaskan akal manusia.
Baiklah, Mas Harrits. Cinta memang mengawali napas manusia, tetapi cinta juga yang bisa membuat manusia mengakhiri napasnya. Daun gugur yang terasa hidup hanyalah bentuk personifikasi, bukan cinta yang membuatnya demikian. Jangan hanya karena sedang merasakan nikmatnya mencinta, tetes hujan yang berisiko menyebabkan masuk angin itu dirasa sebagai hal yang menghangatkan.
Selanjutnya, mari kita bedah makna bucin yang ternyata sudah menjadi entri di kamus besar bahasa kita. Istilah bucin merupakan akronim dari budak cinta yang berkelas kata nomina. Jika menilik kriteria yang beredar di kalangan pengguna media sosial, bucin merujuk kepada seseorang yang rela melakukan apa saja demi orang yang dicintainya. Tidak hanya itu, bucin juga bisa merujuk kepada seseorang yang gemar memamerkan hubungan asmaranya. Pertanyaannya: jika benar Mas Harrits adalah bucin, kriteria manakah yang kerap Mas Harrits lakukan?
Saya paham—karena saya pernah merasa, bahwa cinta itu adiktif. Penelitian yang tertulis dalam jurnal Frontiers Psychology menyebutkan bahwa cinta romantis digambarkan sebagai rasa candu yang alami. Pada saat kita sedang mencinta, perilaku yang berhubungan dengan kecanduan pun akan muncul. Cintalah yang mengaktifkan zat dopamin tersebut di otak kita. Pertanyaannya, seberapa besar efek candu yang sekarang sedang Mas Harrits alami? Bisakah Mas Harrits mengendalikannya?
Bukan saya seorang yang membebani makna negatif terhadap istilah bucin. Saya rasa Mas Harrits paham bahwa semua istilah bisa bergeser maknanya. Begitu pun dengan istilah tersebut. Barangkali, kelak, bucin akan lebih banyak mengandung komponen makna positif. Semua bergantung pada pengguna bahasa, termasuk Mas Harrits.
Saya percaya, Mas Harrits mampu memberikan sumbangsih positif terhadap label bucin yang sekarang melengkapi nama Mas Harrits, selain gelar sarjana humaniora. Mas Harrits bisa menjadi Rahwana yang layak untuk dikagumi. Ciptakanlah puisi untuk Sinta versi Mas Harrits. Syukur-syukur kalau Mas Harrits ingin pula mendeklamasikannya pada waktu menjelang tidur. Janganlah menyentuh Sinta sampai tiba waktu Mas Harrits menyentuh tangan penghulu untuk dinikahkan. Mas Harrits juga bisa menjadi Ahmad Dhani. Rangkailah lirik demi Maia versi Mas Harrits. Berilah judul terhadap lagu itu dan sebarkanlah melalui platform musik digital. Mas Harrits tidak hanya akan memutar roda kehidupan orang lain, tetapi juga roda penghasilan diri sendiri.
Saya bersyukur atas diri saya yang pernah membucin dan hancur karenanya. Anggap saja, istilah yang kerap saya lontarkan terhadap Mas Harrits itu merupakan pengingat agar Mas Harrits tidak seperti saya di masa lalu. Pandai-pandailah mengendalikan cinta, bukan malah sebaliknya.
Salam,
Dessy Irawan—yang masih kuat berjalan sendiri
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.