Bagaimana Jika Nanti Persediaan Maafku Habis? 5 (2)
Harum tanah selepas hujan menyergap masuk ke beranda. Ia datang diantar embus angin. Kulihat, ia tidak sendiri. Ada rasa kalut yang mengekor di belakang….
Wasiat Terima Kasih 4.9 (7)
Pada sebuah pagi kala mata baru terpejam sebentar, seorang perempuan bangun dengan penuh kalut. Ia tidak memiliki pilihan untuk tetap tidur karena matahari sudah…
Bagaimana Bisa? 5 (6)
Pertemuan pertama kami tidak spesial. Jantungku tidak berdebar. Kami hanya saling melihat. Bahkan, aku tidak tahu nama depannya, apalagi nama belakangnya. Dari gelagatnya, kuasumsikan…
Pulang 5 (1)
Saya baru tiba di Semarang ketika Ibu meminta saya pulang. “Nenek katanya pengin tidur di pangkuan kamu,” ujar Ibu. Sehari sebelumnya, Ibu mengabarkan bahwa…
Ayah, Aku Tak Kuasa Memberi Judul! 5 (2)
Semalam suntuk, aku mengutuk. Seakan tak mengenal rasa kantuk, pikiranku kian sibuk. Puluhan skenario berhasil kubentuk sembari memikirkan harap-harap yang muluk. Jarum jam bergerak…
Bermain Peran 0 (0)
Dulu sekali, aku gemar merancang skenario untuk cerita yang kumainkan sendiri. Aku menjadi penulis sekaligus aktor. Biasanya, aku merancang skenario pada suntuk malam kala…
Ilmu Pasar Ibu 5 (1)
Rutinitas mengikuti Ibu ke pasar setiap Minggu pagi merupakan hal yang paling kubenci sewaktu kecil. Aku kerap menggerutu ketika Ibu berusaha membangunkanku bakda subuh….
Bergantung 5 (3)
Semasa mengenyam pendidikan TK hingga SMP, Ayah tidak pernah absen mengantarku ke sekolah. Bagiku, semuanya berjalan biasa-biasa saja sampai suatu ketika Ayah mengajariku mengendarai…
Buku Usang 0 (0)
Langit sedang terik-teriknya dan perempuan itu sedang asyik-asyiknya. Ia sedang membaca sebuah buku bersampul abu-abu. Sesekali ia membersihkan debu yang menempel pada tiap lembar…
Tanpa Judul 0 (0)
Dua manusia saling berlomba untuk memecah keheningan. Mata mereka tidak saling beradu. Yang satu menatap layar ponsel. Yang satu lagi menatap ke seberang jalan….
- 1
- 2
- 3
- Selanjutnya