Sampai Jumpa
Awalnya, saya tidak berniat mengumpulkan swalatih pekan ini. Apalagi, pekan ini cukup berat rasanya untuk dilalui dan saya sedang malas mengemukakan segala perasaan yang berkecamuk untuk dibaca oleh orang lain. Saya juga tak punya ide ingin menulis apa lagi. Setidaknya, saya iseng membaca swalatih yang telah dikumpulkan teman-teman pekan ini.
Saya terenyuh. Lebih dari setengahnya berbicara tentang perpisahan. Saya tersentak. Saya baru menyadari bahwa pekan ini adalah pekan terakhir saya didampingi pramubahasa magang yang tengil dan menyebalkan itu—sebut saja inisialnya BW.
Pramubahasa magang saya yang tengil, menyebalkan, dan rianya luar biasa itu sesungguhnya lebih senior dari saya di Narabahasa. Saya masuk ke Tim Nara dua minggu setelah hari pertama magangnya. Seumur-umur, saya tidak pernah punya anak magang. Yang ada, terakhir kali bekerja, saya adalah anak magangnya. Rasanya aneh ketika yang menyambut hari pertama kerja malah anak magangmu.
Tebersit ketakutan dan kewaspadaan saat pertama kali saya mencoba memberikan BW arahan. Saya tidak mau terdengar sok ngebos, padahal yang anak baru, kan, saya. Namun, anehnya, saya dan si Tengil ini bisa akrab dalam hitungan menit. Tidak butuh waktu lama, kami sudah bisa saling menertawakan satu sama lain. Apalagi, kalau sinyal internet salah satu dari kami hilang timbul, kami akan segera mengejek, lalu mengklaim sinyal sendiri lebih baik—padahal mah sama saja. Belum lagi bila menyebutkan insiden ketika ia tiba-tiba meninggalkan rapat karena diminta untuk mengangkat galon atau ketika anjingnya, Levi, meminta makan. Ada-ada saja pokoknya kelakuan bocah itu. Saya curiga, jangan-jangan itu semua hanya alasannya menghindari rapat, ya? Hmmmm.
Saya sebenarnya malas menulis ini karena saya tahu kepalanya yang besar itu akan semakin besar kalau dipuji. Akan tetapi, saya juga tidak bisa berbohong, jauh di dalam lubuk hati, saya sedih ia pergi. Saya akan sangat merindukan celetukan-celetukan anehnya, cerita hebohnya yang selalu mengalir dengan lincah–ia menceritakan sedetail yang ia bisa, tawanya yang renyah, cerita cintanya yang menyedihkan, hingga beragam protes dan alasannya bila sudah disudutkan. Walaupun rianya membikin saya selalu berusaha untuk lebih ria lagi (maaf, ya, hidup kami memang kompetitif), saya bangga sekali melihat si Tukang Ria itu bertahan hingga akhir dengan segala kesibukannya.
Saya senang bisa mengenal manusia yang cita-citanya menjadi Raja Tiktok ini. Semoga selepas dari Narabahasa, cita-citamu segera terwujud, ya. Jangan cuma menggulir akun TikTok orang lain agar bisa tidur. Buat diri sendiri juga, dong. Saya percaya, kamu pasti bisa. Terima kasih, ya, Bim, sudah menjadi rekan kerja yang menyenangkan dan selalu mengundang tawa selama tiga bulan ini. Kalau dipikir-pikir, harusnya pahalamu banyak, lo, tiga bulan ini. Kamu juga harus lebih sering percaya pada dirimu sendiri, ya. Saya tidak sabar melihat kamu segera bersinar di suatu tempat, suatu hari nanti.
Saya juga mau berterima kasih untuk pramubahasa magang dari departemen sebelah, Mas Abi. Terima kasih, ya, Abi, sudah sangat sigap, baik, dan tangguh dalam menghadapi tugas-tugas di Narabahasa ataupun kondisi kehidupan cintamu yang tidak kalah rumitnya dibandingkan BW. Sayang, kamu dan BW tidak jadi bertukar posisi di hari-hari terakhir magang–padahal pekan ini kerjaan BW dikit, tau. Hahahaha. Doa saya, semoga kamu selalu bisa menemukan kebahagiaan di antara setiap lembar catatan hidupmu, ya.
Juga untuk teman-teman pramubahasa magang lainnya yang akan segera meninggalkan kami semua: Kemuning si Ceria, Andrian si Lucu, Talitha si Piawai, dan Cenna si Sabar. Terima kasih sudah hadir dan melakukan yang terbaik versi kalian untuk Narabahasa. Saya yakin banyak hal hebat di luar sana yang siap menyambut kalian dengan petualangan baru yang tak kalah menyenangkan. Saya juga yakin, kalian pasti bisa melewatinya. Jangan lupa ambil jeda, beri diri waktu untuk beristirahat walau sejenak, ya.
Sebagai penutup, saya cuma mau bilang kepada pramubahasa angkatan ketiga yang kami sayangi: ke mana pun kelak langkah kakimu pergi, apa pun kelak yang kamu lakukan, dan di mana pun kelak kamu berada, lakukanlah segalanya dari hatimu. Karena, yang dari hati akan selalu sampai ke hati. Karena, hati adalah semurni-murninya diri.
Semoga semesta masih mengizinkan kita untuk bertemu kembali, suatu saat nanti.
Salam hangat,
Pire.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.